R Supriyadi

Beberapa waktu lalu saya membaca buku ”Mencari Supriyadi” yang diterbitkan Galang Press Jalan Anggrek 3 / 34 Baciro Yogyakarta. Melalui surat pembaca ini, saya ucapkan terima kasih kepada yth.

Bapak Andaryoko Wisnu Prabu (mantan R Supriyadi) yang pernah menjadi anggota Tentara Peta di Blitar tahun 1943-1945. Terima kasih kedua saya ucapkan kepada semua pihak yang ternyata mempunyai kepedulian untuk mengungkap tentang peristiwa yang sangat penting bagi sejarah bangsa.

Kepada Bpk Andaryoko, saya ucapkan terima kasih disertai rasa hormat dan bangga. Dalam usia sepuh, masih sempat membuka tabir yang cukup lama kita nantikan (justru oleh kami yang seusia atau mendekati usia beliau).
Kepada para peneliti / penerbit buku tersebut tentu didahului dengan tenaga / dana yang tidak sedikit.

Tetapi sebagai salah satu orang yang sejak 1946 turut bertanya di mana sekarang Supriyadi berada, saya masih belum merasa marem (belum puas) dengan ungkapan Pak Andaryoko dalam buku setebal 230 halaman yang harganya tentunya sampai Rp 100.000. Isi cerita Pak Andaryoko (eks Supriyadi) yang menyangkut Tentara Peta sejak mendaftarkan diri / dilatih / jabatan di Peta, persiapan pemberontakan / hari H.

Pemberontakan sampai beliau meninggalkan Kota Blitar, masuk hutan selatan Blitar (hutan Lodoyo), kalau dikumpulkan rasanya hanya 20% dari tebalnya buku itu. Juga Pak Yoko / Pak Pri kurang sekali menyebut dengan bahasa (istilah) aslinya (bahasa Jepang) tentang Tentara Peta.

Saya sangat mengharapkan diterbitkan kembali dengan isi yang padat tentang Peta dan kepetaannya Pak Pri / Pak Yoko. Cukup dengan ketebalan 30 halaman agar anak-anak muda / pelajar SD-SMA (wong cilik) mampu membeli. Tetapi isi padat dengan hal Peta.

Ya susunan di bataliyon, nama-nama jabatan di bataliyon, nama Panji Bataliyon, Gerakan PBB / TB dalam Bataliyon Peta. Siapa-siapa opsir lain, dari danyon sampai danton. Kalau perlu ditulis secara skematis. Tentu saja nama organisasi, jabatan, gerakan pasukan dalam Bahasa Jepang.

Supaya pembaca membayangkan betapa berat penderitaan orang Indonesia waktu dijajah Jepang, termasuk yang dialami anggota Tentara Peta, baik pakaian, makan, maupun latihan kemiliteran, yang menyebabkan Pak Pri memberontak.

Seingat saya, Pemerintah Jepang di Indonesia waktu itu memberi nama tersendiri untuk Tentara Peta. Tentu saja saya dan kawan-kawan mengucapkan terima kasih atas dipenuhinya harapan kami.

H.R. Sunarto
Gang Sindoro III/27 B Telp. 0287 471027
Gombong 54411 Kebumen

***
Mitos Keangkeran Taman Garuda di Kendal

Taman Garuda Kota Kendal angker. Kalimat itu terlontar dari seorang pedagang di Taman Garuda. Kata dia, dulu anaknya ”tidak ada” (mungkin maksudnya meninggal) ketika sedang bermain di sekitar pohon beringin yang berada di taman tersebut.

Benarkah demikian? Sepintas memang tidak ada yang aneh dengan keadaan di tempat itu. Ketika saya bersama keluarga menikmati hiruk - pikuknya suasana Kota Kendal saat malam dengan bercengkerama di Taman Garuda pun, suasana tetap ramai dipadati pengunjung.

Namun kalau kita lebih jeli, pasti ada keganjilan yang mencolok antara sisi barat dan timur patung Garuda. Pada sisi barat, boleh dibilang tidak ada tempat kosong dari pedagang maupun pengunjung. Hal ini sangat bertolak belakang dengan sisi timur.

Sangat lengang, bahkan tidak satu pun pengunjung berada di bawah rimbunnya pohon beringin yang di tengah taman. Padahal jika dibandingkan dengan sisi barat, sisi timur jauh lebih indah, sejuk, nyaman dan luas. Apalagi dengan hamparan rumput yang terawat rapi. Bahkan penataannya pun cukup lumayan untuk sebuah taman di tengah kota.

Saya tidak tahu apakah keengganan pengunjung menikmati sisi timur karena ada larangan dari dinas terkait atau akibat mendengar mitos keangkeran pohon beringin, sehingga pengunjung tidak mau ambil risiko bermain bersama anak-anak di sana. Yang pasti, saya dan keluarga pun pernah diingatkan pedagang untuk menjauhkan anak bermain di bawah pohon beringin.

Sungguh sangat disayangkan kalau masyarakat tidak mau menikmati indahnya Taman Garuda hanya karena mitos angker. Taman Garuda tempat alternatif bagi warga Kota Kendal dan sekitar untuk berekreasi.

Keberadaannya banyak memunculkan berbagai kegiatan bisnis perdagangan kecil dan jasa yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Seyogianya hal-hal yang dapat mengganggu kenyamanan dan kelangsungannya diminimalisasi oleh Pemkab.

Termasuk meyakinkan bahwa Taman Garuda tidak angker seperti yang disangka sebagian masyarakat.

Sobirin
Tosari RT 3/RW 1 Brangsong Kendal

***
Banyak Soal Salah di Try Out UN SMA

Beberapa waktu lalu, Kota Semarang mengadakan ujian bersama yang sering disebut dengan istilah try out 1. Try out 1 ini diperuntukkan bagi siswa SMA kelas XII se-Kota Semarang. Soal yang diujikan dibuat oleh panitia yang terdiri dari guru-guru Kota Semarang.

Pastinya, maksud try out 1 ini sangat baik. Yaitu melatih siswa menghadapi Ujian Nasional yang tinggal sebentar lagi. Namun yang sangat disayangkan, ada beberapa soal yang dibuat tidak benar. Salah satunya soal mata pelajaran Kimia. Ada 16 soal yang tidak benar pembuatannya, sehingga membingungkan, bahkan tidak bisa dikerjakan. Ke-16 butir dari total 40 butir soal tentu sangat mempengaruhi hasil try out 1.

Setidaknya sudah terjadi kekeliruan 40% pada jawaban. Semoga hal ini mendapat perhatian dari panitia pembuat soal. Tentunya soal yang diujikan bersama-bersama ada baiknya bila dicek ulang sebelum diujikan.

Martin W.H
Siswa SMA Kolese Loyola, Semarang

***

Trotoarku dari Ambarawa sampai Taman Unyil

Pemkab Semarang hingga saat ini belum bisa memanjakan pejalan kaki dengan membuatkan trotoar yang baik. Malah sekarang kita bisa melihat dari kiri JI. Jend. Sudirman Ambarawa hingga Taman Unyil (perbatasan dengan Kota Semarang), banyak sekali bekas galian fiber optick yang tidak pernah diuruk/dikembalikan dengan baik. Yang dulunya berpaving/beraspal, tidak dikembalikan seperti semula.

Efeknya sangat jelas. Selain mengurangi keindahan dan estetika kota, juga sangat membahayakan pengguna kendaraan. Sudah tidak dapat dihitung berapa banyak kendaraan bermotor, roda 2, 4, bahkan truk yang terperosok di lubang sedalam hampir 1 meter. Bahkan, kemacetan pada jam-jam sibuk semakin terasa.

Mengapa? Karena angkudes/angkot bila menurunkan penumpang tidak di bahu jalan, tapi masih di jalur jalan akibat trauma dengan lubang yang diuruk

asal-asalan. Dalam hal ini, Pemkab harus berani menegur pimpinan proyek agar bekas galian dikembalikan seperti semula.

Keindahan kota Serasi segera terwujud, bukan malah terpuruk. Semoga setelah memperingati Hari Jadinya tanggal 15 Maret lalu, keserasian di Bumi Serasi ini segera makin nyata.

Achmad Satamta
Lodoyong Rt 03/V Ambarawa Achmad.satamta@lautan-luas.com.

***
Pelayanan Menu Makanan di Super Penyet

Sejak Rumah Makan Super Penyet Jl. Gajah Mada Semarang dibuka, berulang kali kami sekeluarga akan mencicipi. Namun setiap datang jam 20.00, menu makanan sudah habis. Padahal, jam tutup sampai jam 21.00. Berulang kali kehabisan, maka kami mencari waktu lain untuk mencicipi penyet tersebut.

Kamis 2 April 2009 jam 19.40, kami sekeluarga bisa masuk dan waktu itu belum kehabisan. Kami antre tempat duduk sampai jam 20.00 baru dapat tempat.

Setelah pesan hidangan yang kami inginkan, 10 menit kemudian minuman disajikan. Selang 10 menit kemudian menu sayur ”Ca Kangkung” disajikan. Setelah itu, hampir 40 menit pesanan utama tidak kunjung disajikan. Padahal pengunjung yang datang belakangan di sebelah kami dengan menu hampir sama, justru sudah dilayani dan makanan datang terlebih dahulu.

Ketika kami tanyakan, pramusaji bingung. Ternyata, informasi bagian dapur menyebutkan pesanan sudah keluar tetapi diberikan ke meja lain. Kenyataannya begitu. Malah pramusajinya beralasan nota pesanan terselip di paling bawah.
Ini menunjukkan ketidaktertiban dan keteledoran dalam melayani calon pelanggan.

Akhirnya kami pulang tidak jadi makan Super Penyet dan hanya membayar minuman dan makanan yang terhidangkan. Karena sudah telanjur superkecewa dan supertidak selera makan. Walaupun pengunjungnya selalu ramai dan termasuk rumah makan baru yang mewah di Kota Semarang.

Paling tidak tunjukkanlah keprofesionalitasan dan etika rumah makan. Semoga tidak terulang kembali terhadap calon pelanggan lain.

Bambang Rio Widodo SH, M.Hum
Jl. Kelengan Kecil Semarang

0 komentar: